Purpose of Life


Purpose of life

Dalam hidup ini, kadang kita memiliki ungkapan yang berkata harus menggunakan hidup sebaik baiknya, agar tidak menyesal, tapi akankah kita berpikir kapan dan dimana kita harus menyesali apa yang seharusnya tidak kita perbuat semasa kita muda atau semasa kita dapat melakukan banyak hal.  SEMASA HIDUP KITA.

Pernakah kalian membayangkan dan mempertanyakan segudang tanda tanya apa yang akan kita lakukan jika tua, atau kedepannya kita harus bagaimana.
Pic : art-copy from 9GAG

Inspirasi tulisan ini sebenarnya cukup randomly untuk saya pribadi.

Hari ini, ketika sedang dalam perjalanan menuju sebuah supermarket terdekat untuk membeli buah bersama teman, kami melihat seorang ibu yang sudah cukup tua sedang duduk dan menatap kosong ke arah jalan disamping gerobak rujaknya, dan kemudian teman saya mengeluarkan kalimat yang membuat saya cukup terkejut, “dulunya yang jualan rujak itu bapak-bapak, sepertinya suaminya, tapi udah sakit sakitan gitu, jadi si ibunya yang sekarang gantiin buat jualan”, saya terdiam dan terus melirik si ibu itu saat berlalu, dia (ibu) masih menatap jalan sambil menunggu ada yang datang dan membeli rujak yang di jajakannya, sembari berpikir sejenak sambil terus mendengar teman saya ngomong, hanya satu yang keluar dari mulut saya”kasian ya”.
Tetapi sampai perjalanan pulang saya masih terus memikirkan apa kira kira yang ibu itu renungkan saat sedang menatap jalan tadi. Apa dia sedang memikirkan jualannya ?, suaminya yang sedang sakit ?, anak anak-nya ?, masa tuanya ?, kehidupan yang lebih baik ?, dan lain sebagainya !!!!!

Nah mungkin kita tidak tau apa yang sebenanya sedang ibu itu pikirkan, namun coba putar balik keadaan yang serupa akan tetapi tokoh ibu itu kita ganti dengan diri kita sendiri. Apa yang sedang kita pikirkan. Itulah sebabnya kita tidak bisa 100% membaca pikiran seseorang, kadang tepat tapi dari 100% pasti akan ada minus entah itu 2%, 3%, atau bahkan 99% salah menaftsirkan, tidak akan ada yang bisa.

Jawaban yang berbeda akan ada entah secara teori, sains, agama, filsafat sekalipun, dll.

Serta merta memikirkan ibu itu, saya pun berpikir akan hidup saya melalui ibu itu. Tujuan saya hidup ini sebenarnya apa faedahnya ? entah itu untuk saya pribadi, atau untuk orang disekitar saya sekalipun. Apakah saya sudah banyak berbuat baik, apakah saya banyak melukai orang, memberi dampak, jadi penolong, atau bahkan pengecut.

Saya teringat akan kalimat kalimat yang membangun dari beberapa buku yang pernah saya baca. Jaman SD saya suka menggambar dan pengen jadi komikus terkenal, dan berlanjut ke sekolah menengah pertama impian itu rasanya berkembang lagi. Saya jadi seseorang yang hampir tiap hari menghabiskan uang jajan yang enggak seberapa hanya untuk bisa ke toko buku dan menyewa beberapa bahkan puluhan, belasan komik untuk dibaca, impian pun dobel pengen jadi komikus sekaligus pelukis terkenal. Dan menuju sekolah menengah atas, hobi membaca komik pun bertambah dari hanya komik menjadi banyak novel dan buku buku yang saat itu sedang booming, walaupun didaerah kami terbatas akan toko buku, gramedia hanyalah angan angan belaka, sampai saya harus memesan buku melalui teman saya yang berada di luar kota agar bisa memperoleh novel, buku, bahkan film. Tidak hanya itu membaca komik, novel, buku, hingga majalah membuat saya menghemat uang jajan agar bisa membeli semuanya. Dan dengan membaca membuka lebar peluang tentang masa depan, melihat tempat bahkan dunia luar yang menjanjikan membuat bingung untuk memilih cita cita. Akan tetapi point hidup kedepan sepertinya sudah bisa saya pikirkan saat itu, impian tetap akan bulat dan tidak berubah. Hingga dititik persekolahan berakhir, impian yang rasanya diinginkan terasa sia sia dan hanya dijadikan mimpi. Saat itu saya dan saudara saya tidak bisa lanjut kuliah karena biaya yang cukup besar, dan kami pun mengubur dalam dalam impian yang kami impikan itu. Masa masa berat datang silih berganti, saya memutuskan untuk bekerja, bekerja keras dan mengumpulkan uang untuk kuliah diluar kota, pengen rasanya melihat bagaimana kondisi dan situasi yang berbeda. Bahasa gaulnya keluar zona nyaman. Hahaha!!!

Banyak hal yang terjadi.….

Mencari jati diri dan tujuan hidup memang gak semudah kayak Tuhan membalikan tangan.

Buku Chicken soup for teenage soul yang jaman SMA saya baca, which is 8 or 9 years ago, pernah mengutip kalimat yang saya cukup ingat, namun tidak semua paragraf, tentang hidup itu. Membeberkan bahwa hidup itu bukan tentang seberapa banyak uang yang kita miliki, seberapa banyak pacar yang kita punya, jenis pekerjaan yang kita tekuni, sepatu baju dan apapun yang kita pakai, bukan tentang apa yang kita makan, dan lain sebagainya, tetapi dikalimat terakhir berkata hidup bukanlah tentang semua itu, akan tetapi hidup itu bagaimana engkau dapat menyentuh hidup orang lain, dan kita melakukan nya tanpa pamrih, penuh kasih dan welas asih. Itu yang tercantum.

Menurut buku yang saya pernah baca karya Rene Descartes yang berjudul metode dan diskursus dimana dia mencari kebenaran dalam ilmu ilmu pengetahuan. Seorang bapak filsuf modern Rene Descartes yang tengah merenung puisi yang membuatnya berpikir terus menerus berpikir jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan “ quad vitae sektabor iter?” – “Hidup apa yang akan kau ikuti?” kemudian ia mendapatkan jawaban yang  dengan sepenuh tenaga yaitu “cogito ergo sum”- “ aku berpikir karena itu aku ada”, bagi descartes melalui aktivitas berpikir, sehingga jika tidak terpikirkan oleh kita (manusia itu sendiri), dunia tidak ada. Contoh yang lebih tepat misalnya jika disasarkan pada persoalan kepercayaan religius “ aku berpikir (tentang ) Tuhan, maka Tuhan ada.

Saya pribadi adalah seseorang yang mempercayai Tuhan yang saya sembah. Saya percaya bahwa ketika saya dekat dengan Tuhan, masa depan saya, hidup saya, tujuan saya ketika saya lakukan berdasarkan dan bersama sama dengan Tuhan maka Dia akan membawa dan mempersiapkan yang paling terbaik untuk kita, walaupun iman yang saya percayai itu tidak semua orang yang saya kenal mengimaninya, Tuhan saya berjanji bahwa meskipun jalan enggak selalu lurus tapi Tuhan akan selalu menuntun kita.

Tapi berpikirkah kalian, kalau pemikiran mengenai hal itu tidak semua orang meyakini hal sama seperti yang saya percaya (pada Tuhan saya), ketika orang beragama maka mereka semua tau bahwa ketika mereka melakukan kebaikan selama masa hidup maka niscaya mereka memperoleh hidup yang kekal dan mendapatkan tempat yang baik di nirwana atau surga bagi semua orang.

Bagaimana dengan orang yang tidak punya nalar untuk memikirkan hal itu, bagaimana dengan mereka yang mencintai uang ?, mementingkan hal lain yang bersifat duniawi ?, bagaimana dengan yang tidak percaya agama, bahkan yang mempertanyakan Tuhan ada atau tidak ?

Bagaimana dengan yang percaya hidup itu cukup dengan kehidupan yang realistis. ? Yes itu memang adil dan mengambil peran penting untuk hidup semua orang. Pada beberapa kasus dan yang meyakininya.

Setumpuk pertanyaan dan pernyataan berkecimpung dalam benak saya, bahkan ketika saya sedang mengetik tulisan ini.
Apa sebenarnya tujuan hidup saya ? kalian semua ?
Seringkah berpikir bahwa takut kehilangan banyak waktu hidupmu ?

Saya pernah berkata kepada teman saya, bahwa ketika pertanyaan tentang bagaimana tujuan dan hidupmu setelah lulus nanti, dan saya langsung berkata, saya akan mencari pekerjaan yang baik, menabung untuk membuka usaha pada tempat asal saya, mengembangkan tempat saya tumbuh, mengupgrade kemampuan saya. Kemudian setelah itu saya mulai memikirkan sampai umur berapakah saya harus menabung dan bekerja, kapan saya akan menikah, kapan saya akan berlibur dan menggelilingi indonesia, bahkan dunia ini, kapan saya akan punya anak, kapan saya akan bertemu jodoh yang tepat, bagaimana jika saya tidak bertahan hidup sebelum memiliki anak, atau saya kecelakaan dalam perjalanan pulang dari kantor, bagaimana saya harus mengurus orang tua saya, akankah saya melanjutkan study saya, akankah akankah, bagaimana hubungan dengan saudara, teman, bahkan orang orang yang tidak saya kenal sekalipun, begitu banyak pilihan yang berkecimpung di hati nurani saya. Apakah itu wajar atau bahkan berlebihan, atau itu tidak harus dipikirkan sekaligus.

Adakah hal yang membuat kita semua tenang saat sedang berpikir ?
Kemudian saya pun melihat beberapa kasus orang orang disekitar saya, bahkan mereka sampai tidak tau dan kurang mengerti jalan apa yang akan mereka pilih ketika sedang kuliah, atau setelah kuliah, ada yang masih begitu santai dengan kehidupan yang begitu begitu saja, mereka stuck dan tidak pengen maju, contohnya misalnya orang ini belum belum menyelesaikan study mereka dan masih saja menikmati hari hari mereka berlalu dengan aktivitas yang sama atau bahkan menurut saya membuang waktu dan kemudian saya pun memikirkan, apa goals hidup orang orang seperti itu ? Tapi ketika menelaah dan mulai berpikir kembali, kesimpulan muncul dalam benak saya, hal hal yang terjadi dan pilihan orang orang tersebut adalah pilihan yang mereka pilih untuk menentukan kesempatan atau tujuan apa yang sedang mereka rancang, hanya saja mereka masih membutuhkan waktu untuk mencapainya, setiap orang berbeda,lagi lagi pemikiran orang berbeda beda itu sudah pasti. Time limit dan kapasitas setiap orang berbeda. Sama ketika kita berdoa, apa yang kita pinta mungkin sama dan sejenis dengan orang lain, akan tetapi siapa yang mencapai itu duluan juga tidak bisa ditebak, tergantung dari siapa yang lebih membutuhkan, tapi pada akhirnya doa itu akan terjawab namun waktunya bisa saja tahun depan bertahun tahun, atau bahkan sama sekali tidak pernah terkabul dan itu bukan berbicara soal ketidakadilan Tuhan, tapi Tuhan tau yang paling terbaik untuk kita, ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita doakan, itu berarti memang doa itu bukanlah hal yang penting dan sesuai atau tepat buat kita.

Nah kesimpulan saya sendiri, menurut saya setiap pemikiran dan anggapan itu tidak pernah salah, dan hal hal seperti akan selalu ada selama kita hidup, entah itu dia seorang yang kaya, miskin, yang percaya Tuhan, penganut agnostic bahkan tao sekalipun, orang filsafat, orang yang mencintai seni, orang gila, straight or gay, sherlock holmes?, apapun keadaan seseorang tokoh agama, selama masih hidup didunia ini maka pemikiran akan segala hal masih akan selalu menghantui pikiran kita sendiri. Tinggal bagaimana kemampuan kita untuk mengendalikan bahkan terarah pada sesuatu yang menurut kita baik dan terbaik untuk pribadi kita sendiri. Tidak ada yang salah dan selalu benar ketika kita sendiri yang berpendapat dan mengerti bahwa kita benar. Kita diberikan kesempatan dan hadiah dari sang pencipta untuk berpikir bebas dan bermimpi.

Dari sisi kehidupan yang sedikit saya uraikan diatas, terlihat jelas bahwa pemikiran saya dan itu pun berlaku buat semua orang, dimana pemikiran dan paradigma tentang impian saya mulai dari menjadi komikus, penulis, dan sampai goals saya saat ini yang sudah saya pikirkan dengan matang, tinggal bagaimana saya mencari sumber dan cara saya untuk bisa membuatnya mejadi terlihat mudah dan apakah saya siap dan bisa menjadi apa yang saya mau atau yang terjadi kedepannya nanti.

Sudahkah anda berpkir bahwa apa tujuan hidupmu didunia ini, apakah engkau sudah menjadi orang baik ?, apakah kau sudah menyentuh hidup orang lain ?, atau bahkan kau mempertanyakan hidupmu ada untuk apa ?

Cobalah untuk tidak terlalu banyak memilih jalan mana yang paling terbaik, karena ketika diperhadapkan pada pilihan hidup yang menumpuk, maka kita akan kebingungan untuk memilih bahkan memulai. Berusaha untuk fokus pada apa yang engkau pandang baik, gunakan waktumu dengan baik sehingga gak merasa terlampau to much wasting time. Hidup yang horizontal dan vertikal dalam berbagai aspek, banyak banyak bersyukur dan seringlah tertawa!! Hahaha

kerjakan segala sesuatu dengan tekun dan kajilah apa hal hal yang perlu dicerna dalam pikiran kita.

Dan berlakulah setia terhadap perkara perkara kecil, maka perkara perkara besar akan jadi tantangan untuk hidupmu kedepan dari sesuatu yang kalian PERCAYA ADA.

Selamat berpikir !!!!

PS : Maaf kalau ada salah kata atau kalimat yang sekiranya bermanfaat, danke und auf wiedersehen !!!!!




By Regina Priscilla

You Might Also Like

1 komentar